“KARENA BAKSO MBA RINI”
Bu Neni mengakhiri pelajaran hari itu di kelas 9.3 dengan masih antusiasnya “Anak-anak sekalian, demikian pelajaran kita hari ini, insya Allah pekan depan kita akan mempelajari tentang pengolahan daging menjadi makanan siap saji. Untuk itu bagimana kalau minggu depan kita akan belajar di warung bakso Mba Rini.”
Serentak siswa bersorak “ Asyik”.
Yeyen siswa paling aktif di kelas itupun angkat tangan dan ibu Neni memberikan kesempatan kepadanya untuk berbicara
“Bisakah bu kita makan bakso nanti di sana?” tanya Yeyen
ibu Neni menjawab “bagus pertanyaannya nak. Iya bisa nak, tapi ingat tetap solidaritas antar teman ya, jangan sampai ada yang makan sementara ada juga temannya yang tidak makan ya… Selain belajar cara mengolah daging manjadi makanan siap saji ibu akan menuntun kalian bagaimana berbagi dengan teman, solidaritas dengan teman dan bagaimana bersikap yang baik ketika berhadapan dengan orang dewasa. Nah ibu persilakan kepada Yeyen untuk mengatur semua persiapan kita untuk kegiatan minggu depan, jika ada kendala silakan menghadap sama ibu nak. Pada jam istirahat kita menghadap sama bapak kepala sekolah untuk minta izin ya” tutupnya
Setelah jam istirahat, ibu Neni, Yeyen, Aulia, Syahrir, dan Egi menghadap ke kepala sekolah. Ibu Rini memulai pembicaraan
“Mohon maaf sebelumnya pak, kami mau minta izin kepada Bapak untuk mengadakan pembelajaran di luar lingkungan sekolah, kami rencana akan belajar di warung bakso Mba Rini tentang pengolahan daging sapi menjadi makanan jadi”
“Wah… bagus itu bu, artinya ibu sudah menerapkan konsep pemikiran Ki hajar Dewantara tentang kodrat anak yakni kodrat alam dan kodrat zaman. Namun dibalik itu masih ada hal yang tidak kalah pentingnya dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yang tidak boleh kita lupakan yakni tentang budi pekerti. Jadi anak-anakku… Nanti pada saat melakukan kegiatan, bapak berharap anak-anakku tetap menjaga etika, sikap, dan karakter yang baik. Bagaimana anak-anakku sekalian tetap sopan kepada samua orang yang ditemui disana, anak-anakku juga harus memperhatikan temannya dan saling bekerja sama satu sama lain” kata kepala sekolah.
Aulia mewakili temannya menjawab “insya Allah pak”
“O ya nak, jangan lupa pamit kepada bapak dan ibu di rumah ya” lanjut bapak kepala sekolah. “iya pak, insya Allah” kata Yeyen
“Terima kasih atas izin yang Bapak berikan, kami pamit dulu pak, wassalaamualaikum” kata bu Neni. “Waalaikumusalam warahmatullaahi wabarakaatuh” jawab bapak kepala sekolah.
Ketika hari H tiba, semua anak berkumpul digerbang sekolah menunggu mobil jemputan, tiba-tiba Suci kaget dan berkata
“Astaga… Saya lupa bawa uang jajan yang diberikan ibu tadi pagi di atas meja meja belajar, bagaimana ini?” tanyanya.
“Tenang, ada uang disini bisa kamu pakai dulu” jawab Elya
“Bagus nak, kalian sudah bisa saling tolong menolong dengan teman, ibu berharap anak-anakku sekalian tetap saling tolong menolong dengan sesama manusia. Tolong menolong merupakan salah satu profil pelajar pancasila yakni gotong royong” imbau bu Neni. Para siswa manggut-manggut.
Sesampainya diwarung bakso Mba Rini, mereka disambut Mba Rini dengan suka cita karena sebelumnya sudah ada penyampaian bahwa Bu Neni dan siswanya akan berkunjung untuk belajar mengolah daging sapi menjadi makanan siap saji. Dengan antusias Mba Rini menjelaskan layaknya seorang guru, siswa bertanya beberapa hal dan Mba Rini menjawab dengan ramah. Setelah itu para siswa memesan dan makan bakso ramai-ramai.
“Terima kasih atas ilmunya mbak Rin, mohon maaf sudah menyita waktu Mba Rini” kata bu Neni
“Tidak kok bu, saya senang berbagi sama anak-anak. Kalau masih ada yang mau belajar silakan ibu bawa anak-anak kemari, dengan senang hati kami terima” timpa Mba Rini
Siswa kemudian bersalaman dengan Mba Rini dan mengucapkan terima kasih atas pelajaran hari ini.
Sesampainya di sekolah, ketika ibu Neni kembali ke ruang guru.
“ Dari mana bu Nen?” tanya pak Kusnadi.
“Ini pak saya dari warung bakso Mba Rini membawa anak-anak belajar membuat bakso” jawab bu Rini
“Belajar atau makan bakso…” bu Niar berkelakar
“Dua-duanya to bu. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Hehe” balas Bu Neni
Ibu Niar kemudian berkata “Merdeka belajar kan bu Nen… Wah salut sama bu Neni”
“Iya bu, saya sangat terinspirasi dengan konsep-konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara, tentang merdeka belajar, menuntun, budi pekerti, menghamba pada sang anak, kodrat alam, dan kodrat zaman. Namun demikian, yang namanya tantangan akan selalu ada, bahwasanya kita dituntut untuk bekerja ekstra demi mempersembahkan sebuah strategi pembelajaran yang mempuni” kata Bu Neni
“Tentu bu Neni juga punya solusi untuk mengatasi tantangan itu, saya yakin itu” kata Bu Hj. Ratna guru senior di sekolah itu.
“Insya Allah bu aji… Kita sebagai guru profesional selayaknya bersedia meluangkan sebagian besar waktu kita untuk mempersiapkan segala sesuatunya, melaksanakan sesuai rencana, dan melakukan penilaian yang otentik” Jawab bu Neni
“Kalau berhamba pada sang anak apa artinya bu Nen?” tanya pak Kusnadi
“Menghamba pada sang anak artinya bahwa pendidikan yang berpusat pada sang anak” jawab bu Neni
“Ooo… saya kira kita-kita hambanya anak-anak” canda pak Kusnadi
Sejenak semua guru tertawa renyah.
“Bagaimana kalau jam pulang nanti kita ramai-ramai tinggal sejenak mendaftar program guru penggerak, disana kita akan belajar banyak tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Ddwantara” ajak bu Neni
“Ayo… Asal kita saling bantu dan kerja sama ya” balas bu Niar
“Iya bu Niar… Kita hebat bersama-sama deh. Karena hebat sendiri itu hebat yang biasa, hebat bersama-sama baru hebatnya luar biasa” kata bu neni dengan semangatnya
“Saya juga” tiba-tiba bu Sumiati yang dari tadi diam-diam ikut nimbrung
“Kalu saya bisa ikut atau tidak?” tanya pak Kusnadi
“Mohon maaf pak Kus, program guru penggerak ini batas usia sampai 50 tahun saja” jawab bu Neni
“Alhamdulillah… kalian yang muda-muda tetap semangat ya, meski sudah berumur, kami tetap harus belajar, jadi nanti kami harapkan imbasan ilmunya saat kalian ikut program ini” kata pak Kus
“Insya Allah pak Kus… Kita maju bersama-sama, berjuang bersama untuk kemajuan pendidikan di Indonesia” balas bu Neni
Serentak “Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin”
Komentar
Posting Komentar