Sebuah statement yang saya dapatkan sewaktu mengikuti lokakarya 0, dimana diujung lokakarya sebuah penguatan bagi kami semua CPG bahwa dalam mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak sesungguhnya kekhawatiran itu tidak ada karena tidak semua guru baik masuk dalam program pendidikan guru penggerak namun semua guru yang ikut program pendidikan guru penggerak adalah guru yang baik. Mudah-mudahan hal ini sebagai bukti bahwa sebelum mengikuti program ini kami senantiasa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta didik kami meskipun tidak akan pernah sempurna karena bagaimanapun kerasnya usaha manusia untuk sempurna dan sampai ke puncak namun tidak akan pernah juga sampai ke sana. Saya selalu percaya bahwa persiapan pembelajaran yang mantap akan sangat berpengaruh kepada suksesnya pelaksanaan pembelajaran sampai kepada tahap evaluasinya.
Dalam memberikan pembelajaran di kelas, saya selalu berusaha membawa anak-anak kealam nyata sampai kepada bedah materi melalui kegiatan pengamatan langsung, eksperimen, demonstrasi, diskusi, dan telaah pustaka. Saya percaya bahwa hal tersebut akan membekas diingatan mereka dibandingkan dengan saya sebagai guru yang hanya berceramah tentang materi. Namun demikian saya tetap memberikan penguatan-penguatan terhadap materi yang mereka pelajari.
Sebelum mempelajari modul ini saya adalah guru yang serius dalam mengajar, saya jarang sekali membawa anak-anak bermain dan bergembira ketika jam pelajaran. Bermain dan bergembira saya lakukan dengan siswa hanya dalam kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan-kegiatan OSIS, dan di sela-sela jam kosong. Ketika jam pelajaran saya jarang sekali bahkan tidak pernah melakukan ice breaking sehingga saya merasa siswa kadang bosan dan jenuh mengikuti pelajaran saya. Disamping itu saya memberikan pelajaran kepada semua peserta didik dengan perlakuan yang sama tanpa memperhitungkan kodrat mereka sebagai anak yang dasarnya berbeda-beda.
Setelah mempelajari modul ini saya kemudian mempunyai pola pikir yang berubah bahwa dalam kegiatan pembelajaran saya, saya akan berusaha membawa anak kepada kodratullah yakni bermain. Saya akan merangcang pembelajaran saya agar supaya terdapat nuangsa bermain didalamnya sehingga anak tidak akan jenuh namun tetap memperoleh pembelajaran yang bermakna. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang anti tabularasa (lembaran putih), bahwa anak sudah ada talenta sejak lahir sehingga tugas guru adalah mengembangkan potensi kodrat anak dalam pola asih, asah, dan asuh yang menganggap siswa sebagai anak kandung sendiri. Setelah mempelajari modul ini, saya juga mengerti tentang konvergen (terbuka dari luar), konsentris (berpegang pada budaya sendiri) dan kontinyu (tetap dari generasi ke generasi). Bahwa saya akan mendesain pembelajaran saya dengan memilih dan memilah pandangan dari luar, menggali potensi-potensi budaya sekitar seperti gotong-royong dan bermusyawarah dan hal itu harus dilakukan secara terus menerus dengan komitmen yang tinggi.
Saya berpikir kemudian bahwa saya harus segera merancang strategi pembelajaran yang mengedepankan kodrat anak. Merdeka belajar dengan berpusat pada peserta didik. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan sendiri pembelajaran yang mereka gemari. Setelah itu menerapkan dalam kegiatan pembelajaran. Menerapkan sistem pendidikan asah, asih, dan asuh dengan menganggap peserta didik sebagai anak sendiri serta menerapkan pola pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang berhamba pada anak atau pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Komentar
Posting Komentar